Sabtu, 04 September 2010

I. TUJUAN

Menyelidiki titik baku larutan serta faktor yang mempengaruhinya.

II. ALAT DAN BAHAN

Alat: bahan:
Gelas kimia 250mL Es tawar
Neraca Air suling
Silinder ukur Urea(CO(NH¬2)2)
Pengaduk kaca Garam dapur(NaCl)
Sendok
Termometer
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi


III. LANGKAH KERJA

1. Membuat larutan dengan menggunakan 20mL air untuk setiap larutan, yaitu:
Larutan 1 : 1,20 gram urea
Larutan 2 : 2,40 gram urea
Larutan 3 : 1,17 gram garam dapur(NaCl)
Larutan 4 : 2,34 gram garam dapur(NaCl)
2. membuat larutan pendingin dengan cara memasukkan es yang telah menjadi butiran kecil-kecil kedalam gelas kimia sampai ± ¾gelas dan menambahkan 8 sendok makan garam kedalamnya, kemudian mengaduknya perlahan-lahan
3. Mengisi tabung reaksi dengan air sampai ±3 cm. Lalu memasukkan tabung tersebut kedalam larutan pendingin.
4. Mengangkat tebung reaksi yang dimasukkan kedalam larutan pendingin setelah membeku, kemudian mengukurnya dengan menggunakan termometer.
5. Mengukangi langkah ketiga dan keempat, namun menggunakan larutan-larutan yang telah dibuat di awal sebagai pengganti air.




IV. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN





NO
Zat Terlarut Titik Beku

Perbedaan Titik Beku

Rumus
Massa
Mol Kemolalan
Air
Larutan
1 CO(NH2)2 1,20 1,20 =0,02
60 0,02.50 =1 0 -2 2
2 CO(NH2)2 2,40 2,40 =0,04
60 0,04.50 =2 0 -4 4
3 Nacl 1,17 1,17 =0,02
58,5 0,02.50 =1 0 -4 4
4 Nacl 2,34 2,34 =0,04
58,5 0,04.50 =2 0 -6 6

V. KESIMPULAN

1. Titik baku larutan lebih kecil dibandingkan titik baku pelarut murni(air)
2.

Jumat, 03 September 2010

DAFTAR ISI
Halaman judul. I
Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.. 1
1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Batasan masalah 2
1.5 Hipotesa 2
1.6 Manfaat penelitian 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nutrisi 3
2.2 Fertigasi 5
2.3 Tanah 6
2.4 Urine sapi 6
2.5 Tumbuhan 7
BAB III METODEOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian 8
3.2 Tempat dan waktu penelitian 8
3.3 Alat dan bahan 8
3.4 Cara Kerja 8
3.5 Hasil 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 10
4.2 Pembahasan 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 12
5.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Kerena adanya tugas biologi kelas XII dari Dawam Sugito s.si yaitu pembuatan laporan tentang petumbuhan pada tanaman maka saya mencari berbagai data untuk menyusun laporan dari berbagai situs di internet.
Akhir-akhir ini petani mengeluhkan berbagai masalah seperti halnya semakin kecilnya subsidi pemerintah terhadap sarana produksi pertanian ( pupuk, pestisida dll). Dengan adanya krisis ekonomi yang dialami oleh negara kita sampai sekarang, dampak ini juga dirasakan oleh para petani. Dimana daya beli masyarakat tani menjadi berkurang dan ditambahkan lagi harga pupuk dan sarana produksi lain yang semakin tinggi. Masalah ini menyebabkan petani tidak banyak menerapkan budidaya yang baik untuk meningkatkan produksinya.
Masalah lain dari pupuk buatan yang digunakan selama ini adalah menyebabkan rusaknya struktur tanah akibat pemakaian pupuk buatan yang terus menerus sehingga perkembangan akar tanaman menjadi tidak sempurna. Hal ini juga akan memberi dampak terhadap produksi tanaman yang diusahakan pada tanah yang biasa diberikan pupuk buatan.
Tetapi sekarang dengan adanya penelitian tentang nutrisi yang diperoleh dari urine sapi telah mengatasi berbagai problema diatas. Namun petani jarang yang menggunakan urine sapi, karena repot dan baunya. Padahal urine sapi memiliki kandungan nutrisi yang tepat untuk pertumbuhan tanaman.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nutrisi ( larutan pupuk)
Nutrisi Merupakan makanan yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhan, tidak hanya karbom dioksida namun juga unsur-unsur lainnya. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak disebut makroelemen(N, K, Ca, P, S, Mg, H2O, C, O2), Sedangkan nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut mikroelemen(Fe, B, Mn, Zn, Cu, Mo, Cl)
Nutrisi organik yang baik bagi tumbuhan memiliki perbandingan sebagai berikut.
Fosfor:nitrogen:kalium
1 :2 :3
Perbandingan tersebut diperoleh dari penelitian seorang ahli biologi S.C. Hsieh dan C.F. Hsieh.(1987), beliau menggunakan Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair, dan beliau menyimpulkan bahwa urine sapi mengandung nutrisi dengan perbandingan yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Namun perbandingan ini harus disesuaikan terhadap tanamannya. Apabila tanaman lebih membutuhkan nutrisi lebih besar, maka perbandingan nutrisi sebaiknya di berikan dengan perbandingan dalam jumlah besar. Sedangkan tiap-tiap hewan ternak memiliki kandungan zat yang berbeda-beda, baik cair maupun padat.




BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode penelitian
Dalam pembuatan laporan Ilmiah untuk mempelajari pertumbuhan pada tanaman. Penulis menggunakan metode Study pustaka untuk mencari informasi tentang Urine sapi kemudian ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 1000, diaplikasikan ke tanaman tomat dengan sistem pemberian air secara irigasi tetes.

3.2 Tempat dan waktu pencarian data
Pencarian data yang kami lakukan bertempat di campus net. Penelitian dilakukan pada hari kamis pada tanggal 18 juni 2010 jam 14.35 WIB.
3.4 Alat
a. Alat
• Komputer lengkap hotspot
• Flashdisk
• BUKU BIOLOGI

Cara Kerja
• Mengumpulakan data mengenai pengaruh urine sapi di internet (Komputer lengkap hotspot)
• Kumpulkan data yang diperoleh dan dipindahkan ke flashdisk.
• Sunting data yang telah dikumpulkan, dan susun laporan sesuai aturan.
• Gunakan buku untuk membantu enyusun laporan.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tanaman biasanya akan efektif memanfaatkan atau menyerap unsur dalam kisaran pH yang netral (7), maka urine sapi kemudian di encerkan dengan menggunakan air dengan perbandingan 1: 1000. Hasil pengenceran digunakan untuk mengairi tanaman, kemudian hasil pertumbuhan tanaman tomat yang ditanam dapat dilihat pada Tabel 4. berikut :.
Minggu ke Tinggi tanaman(cm)
Tampa urine Dengan Urine
I 5,6 5,4
II 9,4 8,7
III 15 18,3
IV 22,3 29,7
V 47,2 68,3

Sumber : Pengamatan langsung (2003).

4.2 Pembahasaan
Dari hasil Pengamatan terhadap tinggi tanaman pada awal pertumbuhan terlihat sedikit tertinggal dari yang tampa diberi urine tetapi pada minggu ke III sampai produksi malahan pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat hal ini disebabkan karena perkembangan perakaran tanaman sudah lebih sempurna begitu juga terhadap penyerapan nutrisinya.



V. KESIMPULAN DAN SARAN.
5.1 Kesimpulan .
Dari data yang diperoleh penulis dapat menyimpulkan bahwa
1. Urine sapi dapat digunakan sebagai nutrisi pada tanaman.
2. Terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman setelah diberikan urine sapi terlihat adanya nilai positif.

5.2 Saran.
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk aplikasinya dilapangan.
2. Begitu juga untuk menangani masalah dalam proses pengambilan urine dan masalah bau dari urine sendiri perlu dicarikan solusinya agar lebih bermanfaat untuk masa mendatang
























BAB VI
LAMPIRAN






gambar1. tanah gambar2. urine sapi







gambar3.fertigasi gambar4. nutrisi tumbuhan





Gambar5.alga hijau gambar6. tumbuhan jati
I. Tema : Elektrokimia
II. Tujuan: Dapat menyimpulkan adanya reaksi redoks yang spontan dan dapat menentukan besarnya beda potenslarutial elektrode
III. Alat dan bahan:
a. alat b. Bahan:
1. gelas kimia 1. kristal KCl
2. kawat tembaga 2. larutan AlSO4
3. lempeng aluminium 3. larutan CuSO4
4. pipa magnesium 4. larutan MgSO4
5. tisue
IV. Cara kerja
1. menyiapkan alat dan menyusun alat yang digumnakan menjadi sebuah rangkaian
tisue + KCL





2. membuat jembatan garam dari tisue secukupnya
3. kertas tisue yang sudah digulung dicelupkan ke dalam larutan KCl
4. memasukkan larutan AlSO4, CuSO4, dan MgSO4 ke dalam gelas kimia secukupnya
5. mencelupkan sebatang lempeng aluminium ke dalam larutan Al2SO4, lempeng tembaga ke dalam larutan CuSO4 dan lempeng magnesium ke dalam larutan MgSO4.
6. menghubungkan kedua lempeng melalui volt meter, jika jarum bergerak ke arah negatif, segera putus hubungan. Jika ke arah positif hasilnya dicatat.
7. mengulangi percobaan dengan mengganti setengah sel Al2SO4 dengan MgSO4

V. Landasan Teori
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Elektrokimia secara umum terbagi dalam dua kelompok, yaitu sel galvani dan sel elektrolisis.Suatu sel elektrokimia terdiri dari dua elektroda, yang disebut katoda dan anoda, dalam larutan elektrolit. Pada elektroda katoda terjadi reaksi reduksi. Sedangkan reaksi oksidasi terjadi pada anoda. Sel elektrokimia dapat dibagi menjadi
1. Sel Volta / Sel Galvani merubah energi kimia menjadi listrik
Contoh : batere (sel kering) dan accu
2. Sel Elektrolisis à merubah energi listrik menjadi energi kimia
Contoh : penyepuhan, pemurnian logam
Dalam sel volta, reasi redoks spontan digunakan sebagai sumber arus listrik. Sel elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta. Dalam sel elektrolisis, listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks yang tidak spontan.
Sel elektrolisis terdiri dari sebuah wadah, elektroda, elektrolit, dan sumber arus searah. Elektron memasuki kutub negatif (katoda). Spesi tertentu dalam larutan menyerap elektron dari katoda dan mengalami reduksi. Sementara itu, spesi lain akan melepas elektron di anoda dan mengalami oksidasi. Jadi sama seperti pada sel volta, reaksi di katoda adalah reduksi, dan reaksi di anoda adalah oksidasi. Akan tetapi muatan elektrodanya berbeda. Pada sel volta, katoda bermuatan positif, dan anoda bermuatan negatif. Pada sel elektrolisis, katoda bermuatan negatif dan anoda bermuatan positif. Deret volta diurutkan berdasarkan urutan potensial reduksi semakin ke kiri, semakin kecil sehingga sifat pereduksi semakin kuat (logam semakin reaktif atau semakin mudah meengalami oksidasi).
Potensial elektroda standar suatu elektroda adalah daya gerak listrik yang timbul karena pelepasan elektron dari reaksi reduksi. Karena itu, potensial elektroda standar sering juga disebut potensial reduksi standar. Potensial ini relatif karena dibandingkan dengan elektroda hidrogen sebagai standar. Nilai potensial elektroda standar dinyatakan dalam satuan Volt (V). Untuk elektroda hidrogen, Eo nya adalah 0,00V.
- Bila Eo > 0 à cenderung mengalami reduksi (bersifat oksidator)
- Bila Eo < 0 à cenderung mengalami oksidasi (bersifat reduktor)
Potensial standar sel adalah nilai daya gerak listrik sel yang besarnya sama dengan selisih potensial reduksi standar elektroda yang mengalami reduksi dengan potensial reduksi standar elektroda yang mengalami oksidasi.
Eosel = Eoreduksi - Eooksidasi

VI. Hasil dan pembahasan

5.1 Tabel hasil penelitian
No. Elektrode A B C
Al2/Al3+ Cu/Cu2+ Mg/Mg2+
1 Al2/Al3+ 0,7 Volt
2 Cu/Cu2+ 0,95 Volt
3 Mg/Mg2+ 1,7 Volt

5.2 Pembahasan
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa saat Al dan Cu bereaksi, Al sebagai anoda dan Cu sebagai katoda dan nialai E0= 0,95 V. Saat Al dan Mg bereaksi Al sebagai katoda, Mg sebagai anoda dan nilai E0 0,7 V. Saat Mg dan Cu bereaksi, Mg sebagai anoda, Cu sebagai katoda dan nilai E0 1,7 V.
1. Al ³+ + 3e- Al E° = -1,66 V (anoda) x2
Cu²+ + 2e Cu E° = + 0,34 V (katoda) x3
E° sel = E° katoda - E° anoda
= + 0,34 V – (-1,66)
= + 2,00 Volt
Berdasarkan hasil praktik E0= 0,95 V
2Al 2Al ³+ + 6e- E0= 1,66 V
3Cu²+ + 6e- 3 Cu E° = + 0,34 V
2Al +3Cu2+ 2Al3+ + 3Cu E0=1,32 V

2. Al ³+ + 3e- Al E° = -1,66 V (katoda)
Mg2+ + 2e Mg E0= 2,37 V (anoda)

E° sel = E° katoda - E° anoda
= -1,66 – (-2,37)
= 0,7 V
Berdasarkan hasil praktik
3Al ³+ + 6e- 2Al E° = -1,66 V
3Mg 3Mg2+ + 6e- E0=2,37 V

3Al3+ + 3Mg 2Al + 3Mg2+ E0= -4,03 V

3. Mg2+ + 2e- Mg E0= - 2,37 V (anoda)
Cu2+ + 2e- Cu E0= +0,34 V (katoda)
E° sel = E° katoda - E° anoda
= 0,34-(-2,37)
=2,71 V
Berdasarkan hasil praktik +1,7 V
Mg Mg2+ + 2e- E0= 2,37 V
Cu2+ + 2e- Cu E0= +0,34 V
Mg + Cu2+ Mg2+ +Cu E0= 2,03 V
Dari reaksi diatas dapat diketahui bahwa nilai E0 dari hasil praktik dengan dari berbagai literatur berbeda. Perbedaan itu terjadi karena kurang telitinya dalam mengamati maupun dalam kesalahan membuat larutan, jadi data yang didapatpun menjadi tidak valid.
Dari berbagai reaksi diatas dapat diketahui bahwa anoda adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi dan disebut elektrda negatif. Dan katoda merupakan tempat terjadinya reaksi reduksi yang disebut elektrode positif.







VI. kesimpulan dan saran
a. kesimpulan
Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa
1. saat Al dan Cu direaksikan Al bermuatan negatif dan Cu bermuatan positif, nilai E0 bernilai 0,95V. Saat Al dan Mg bereaksi Al bermuatan positif, Mg bermuatan negatif dan nilai E0 0,7 V.
2. Saat Mg dan Cu bereaksi, Mg bermuatan negatif, Cu bermuatan positif dan nilai E0 1,7V.
b. saran
1. jika melakukan percobaan harus lebih teliti dalam mengamati hasil percobaan dan dalam mengamati jarum voltmeter.
2. lebih cermat dalam menimbang kristal-kristal yang akan dibuat menjadi larutan.




VII. Dafatar Pustaka
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/oksidasi_dan_reduksi1/elektrolisis/
http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/0221%20Kim%202-9i.htm
http://www.geocities.com/mydah_99/mweb2.htm
http://www.matter.org.uk/Schools/Content/Electrolysis/Default.htm








LAPORAN KIMIA
ELEKTROKIMIA





















Oleh:
Diah Septiani
XII A3











SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH
LAMPUNG TENGAH
2010
LAPORAN KIMIA
ELEKTROLISIS













oleh :
Bangkit Wibisono
XII IPA 3






SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH
LAMPUNG TENGAH
2010


I. Tema : Elektrolisis larutan
II. Tujuan : Untuk mempelajari perubahan yang terjadi pada elektrolisis larutan garam Natrium sulfat dan Kalium yodida.
III. Alat dan Bahan

a. Alat
 Tabung U
 Catu Daya
 Kawat penghubung
 Gelas Kima 100 ml
 Elektroda karbon
 Pipet tetes
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Statip
 Corong
 Pipet tetes
b. Bahan
 Larutan Kl 0,5 M
 Larutan NaNO3
 Indikator PP
 Larutan amilum

IV. Landasan Teori
Sel elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta. Dalam sel elektrolisis, listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan. Sel elektrolisis terdiri dari sebuah electrode, elektrolit, dan sumber arus searah. Electron memasuki sel elektrolisis melelui kutub negatif (katoda). Spesi tertentu dalam larutan menyerap electron dari katoda dan mengalami reduksi. Sedangkan spesi lain melepas electron di anoda dan mengalami oksidasi. Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katoda, yaitu reduksi, dan reaksi anoda, yaitu oksidasi. Spesi yang terlibat dalam reaksi katoda dan anoda bergantung pada potensial elektroda dari spesi tersebut. Ketentuannya sebagai berikut.
• Spesi yang mengalami reduksi di katoda adalah spesi yang potensial reduksinya
terbesar.
• Spesi yang mengalami oksidasi di anoda adalah spesi yang potensial oksidasinya
terbesar.
Sel elektrolisis terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Elektrolisis larutan elektrolit.
2. Elektrolisis larutan non elektrolit.
Elektroda dalam sel elektrolisis terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Elektroda inert/tidak aktif (elektroda karbon, platina, dan emas)
2. Elektroda selain inert/aktif.

V. Cara Kerja
1. Merangkai alat elektrolisis sehingga menjadi:
2. Elektrolisis dari larutan NaNO3
a. Tuangkan larutan NaNO3 kedalam tabung U s/d 1 cm dari mulut tabung.
Dengan menngunakan pipet, ambil ± 2 ml larutan NaNO3, dan masukkan ke
dalam tabung reaski, kemudian tambahkan 3 tetes indikator PP. Amati dan
catat perubahan warnanya
b. Celipkan elektroda karbon ke dalam masing – masing kaki tabung U,
kemudian hubungkan kedua elektroda dengan sumber arus searah (6V) selama
5 menit
c. Ambil ± 2 ml larutan di anoda dan katoda secara terpisah, kemudian
tambahkan 3 tetes indikator PP pada masing – masing larutan. Amati dan catat
perubahan warna yang terjadi
3. Elektrolisis dari larutan KI
a. Tuangkan larutan KI ke dalam tabung U s/d 1 cm dari mulut tabung. Dengan menggunakan pipet ambil ambil ± 2 ml larutan NaNO3, dan masukkan ke dalam tabung reaski, kemudian tambahkan 3 tetes indikator PP. Amati dan catat perubahan warnanya
b. Celipkan elektroda karbon ke dalam masing – masing kaki tabung U, kemudian hubungkan kedua elektroda dengan sumber arus searah (6V) selama 5 menit
c. Ambil ± 2 ml larutan di anoda dan katoda secara terpisah, kemudian tambahkan 3 tetes indikator PP pada larutan dari katoda dan amilium pada larutan dari anoda. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi







VI. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Larutan Sebelum dielektrolisis Sesudah dielektrolisis Keterangan
Katoda + PP Anoda+Amilum Katoda + PP Anoda+
Amilum
NaNO3 Tidak berubah warna Tidak berubah warna Berwarna merah muda Tidak berubah warna Sebelum elektrolisis keluar butiran – butiran kecil seperti serpihan hitam pada katoda, juga terdapat gelembung kecil
KI Tidak berubah warna Tidak berubah warna Berwarna merah muda Berwarna biru pekat Sebelum elektrolisis terdapat gelembung pada Katoda

b. Pembahasan
Elektrolisis Larutan KI
KI → K+ + I-
A (+) : 2 I- → I2 + 2 e
K (-) : 2 H2O + 2 e → 2 OH- + H2
2 KI + 2 H2O → 2 K+ + I2 + 2 OH- + H2
2 KI + 2 H2O → 2 KOH + I2 + H2

Elektrolisis Larutan NaN03
NaNO3 (aq) → Na+ (aq) + NO3-
Anoda (+) : 2H2O(l) → 4H+ + O2(g) + 4e x 1
Katoda (-) : 2H2O(l) + 2e → 2OH-(aq)+ H2(g) x 2

2H2O(l) → 4H+ + O2(g) + 4e
4H2O(l) + 4e → 4OH-(aq)+ 2H2(g) +
6H2O(l) → 4OH- + 2H2(g) + 4H+ + O2
2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)





VI. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Bedasarkan hasil praktikum, penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Semakin besar kemolalan suatu larutan maka semakin rendah titik beku larutannya
dan semakin besar penurunan titik bekunya.
1. Pada kemolalan yang sama, larutan elektrolit memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan non elektrolit.
2. Larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif lebih besar daripada sifat koligatif non elektrolit.
3. Penurunan titik beku larutan (Tf) berbanding lurus dengan molalitas larutan
4. Titik beku pelarut murni lebih tinggi daripada titik beku larutan.
5. Pada kemolalan yang sama larutan elektrolit memiliki ∆Tf lebih besar dari pada larutan non elektrolit karena perbedaan jumlah partikelnya.

b. Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca, dimana pada saat melakukan percobaan ini agar lebih teliti dalam mengamati angka pada thermometer agar hasilnya lebih valid dan lebih cermat dalam menimbang garam dapur dan urea agar kita memperoleh hasil yang sesuai dan tidak menyimpang jauh dari teori







Daftar pustaka
http://mediana-magdalena.blogspot.com/2008/01/tugas-kimia.html
Purba, Michael.2007.Kimia untuk SMA kelas XII. Jakarta:Erlangga.
Farida, Jauharotul,dkk.2009.Aktif Belajar Kimia XII.Jakarta:Mediatama.
Suwardi,dkk.2009.Panduan Pembelajaran Kimia XII.Jakarta:CV. Karya Mandiri Nusantara
LAPORAN KIMIA
TITIK BEKU










Oleh:
Bangkit wibisono
XI A 3





SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH
LAMPUNG TENGAH
2010


I. TUJUAN
Untuk mengetahui titik beku suatu larutan dan factor yang mempengaruhinya.
II. ALAT DAN BAHAN :
Alat dan Bahan:
1. Neraca 6. Air suling
2. Tabung reaksi 7. Butian Es
3. Sendok 8. Urea (O(NH2 )2)
4. Pengaduk kaca 9. Garam dapur (NaCl)
5. Gelas kimia 250 ml 10. termometer



III. LANDASAN TEORI
Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung dari jenis zat terlarut. Yang tergolong sifat koligatif larutan adalah:penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotik dari larutan.
Titik beku adalah suhu pada P tertentu di mana terjadi perubahan wujud zat cair ke padat. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0 °C karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (Δ Tf = freezing point depression). Pada percobaan ini ditunjukkan bahwa penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel dalam larutan. Oleh karena itu, penurunan titik beku tergolong sifat koligatif.
Larutan yang mudah mengion(elektrolit) akan mempunyai titik beku lebih rendah dari pada larutan non elektrolit, karena larutan elektrolit akan terurai sehingga partikelnya pun akan lebih banyak dari pada non elektrolit, sehingga larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif lebih besar dari pada non elektrolit (Erlangga, 2007
Rumus untuk mencari penurunan titik beku larutan adalah sebagai berikut:

Dimana m = Keterangan:
 : Penuruan titik beku
 m : Molalitas larutan
 Kf : Tetapan penurunan titik beku molal
 g : Massa zat terlarut
 p : Massa zat pelarut

III. LANGKAH KERJA
1. Membuat larutan-larutan di bawah ini dengan menggunakan 20 ml air untuk setiap larutan:
Larutan 1 : 1,20 gr urea
Larutan 2 : 2,40 gr urea
Larutan 3 : 1,17 gr garam dapur
Larutan 4 : 2,34 gr garam dapur
2. Memasukkan butiran-butiran es kecil ke dalam gelas kimia sampai kira-kira tiga perempatnya dan menambahkan 8 sendok makan garam dapur, kemudian diaduk (ini adalah campuran pendingin).
3. mengisi tabung reaksi dengan air setinggi +2 cm. memasukkan tabung tersebut ke dalam campuran pendingin, dan mengaduk dengan pengaduk naik turun sampai air membeku seluruhnya.
4. Mengangkat tabung reaksi, kemudian mengganti pengaduk dengan thermometer dan ukur suhu saat kesetimbangan cair dan es.
5. Mengulangi langkah 3 dan 4 dengan larutan-larutan yang anda buat pada langkah 1 sebagai pengganti air.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
No. Zat terlarut Perbedaan titik beku
Rumus Massa Mol Kemolalan Air Larutan
1 CO(NH2)2 1,20gr 0,02 1 0°C -2,0°C 2,0°C
2 CO(NH2)2 2,40gr 0,04 2 0°C -4,0°C 4,0°C
3 NaCl 1,17gr 0,02 1 0°C -4,0°C 4,0°C
4 NaCl 2,34gr 0,04 2 0°C -6,0°C 6,0°C

2. Pembahasan
Dari data di atasdapat diketahui bahwa pada kemolalan yang sama, larutan elektrolit (NaCl) memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan non elektrolit {CO(NH2)2}. Hal ini dikarenakan, larutan elektrolit memiliki sifat koligatif larutan, yaitu kenaikan titik didih dan penurunan titik beku yang lebih besar dari pada larutan non elektrolit pada konsentarsi yang sama. Selain itu, suatu zat elektrolit akan mengalami disosiasi (penguraian) menjadi ion-ion (anion kation) dalam larutan. Garam dapur (NaCl) merupakan zat elektrolit, dan di dalam larutan NaCl akan mengalami ionisasi menjadi Na+ dan Cl-. Sedangkan urea CO(NH2)2 merupakan zat elektrolit yang dalam larutannya terdiri dari molekul-molekul urea dengan konsentrasi tetap. Oleh karena larutan elektrolit mengalami ionisasai, sehingga memiliki jumlah partikel yang lebih banyak dari pada larutan non elektrolit, maka sifat koligatif NaCl berbeda dengan sifat koligatif CO(NH2)2 .
Maka 0,1 mol NaCl dalam larutan akan terurai menjadi 0,2 mol partikel (ion) dengan persamaan reaksi : NaCl(aq) —> Na+(aq) + Cl –(aq).
Selain itu, diperoleh juga bahwa NaCl 1molal memiliki titik beku -4,00C dan penurunan titik beku 4,0 0C. sedangkan NaCl 2molal memiliki titik beku -6,00C dan penurunan titik beku 6,00C.
Dimana hal tersebut menandakan bahwa semakin besar kemolalan suatu larutan maka semakin rendah titik beku larutannya dan semakin besar penurunan titik bekunya.
Diketahui juga bahwa air memiliki titik beku terbesar dari semua larutan. Ini dikarenakan sebagian partikel air dan sebagian partikel – partikel terlarut membentuk ikatan baru. Penambahan zat terlarut dalam pelarut akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi yang mengakibatkan semakin rendah titik bekunya.

V. ANALISIS DATA
1. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni. Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama daripada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.
2. Pengaruh kemolalan urea terhadap :
a) Titik beku larutan
Semakin tinggi kemolalan urea, semakin rendah titik bekunya
b) Penurunan titik beku larutan
Semakin tinggi kemolalan maka semakin besar perbedaan penurunan titik beku karena kemolalan sebanding dengan penurunan titik beku
3. Pengaruh kemolalan NaCl terhadap :
a) Titik beku larutan
Semakin tinggi kemolalan NaCl, semakin rendah titik bekunya karena larutan NaCl merupakan larutan elektrolit sehingga terurai atas ion - ion
b) Penurunan titik beku larutan
Semakin tinggi kemolalan NaCl, semakin besar penurunan titik bekunya karena selain dipengaruhi kemolalan, penurunan titik beku juga dipengaruhi oleh jenis larutannya elektrolit atau non elektrolit.
4. Pengaruh larutan NaCl dibandingkan dengan pengaruh larutan urea terhadap :

a) Titik beku larutan
Pada kemolalan yang sama, titik beku larutan elektrolit (NaCl) lebih rendah daripada larutan non elektrolit (urea)
b) Penurunan titik beku larutan
Pada kemolalan yang sama, penurunan titik beku larutan elektrolit (NaCl) lebih besar daripada larutan non elektrolit

VI. Kesimpulan dan Saran :
Kesimpulan:
1. Titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut murni.
2. Semakin besar kemolalan suatu larutan, semakin rendah titik beku larutan. Maka selisih titik beku semakin besar
3. Larutan elektrolit memiliki titik beku lebih rendah dibanding larutan nonelektrolit.
4. Penurunan titik beku tergolong sifat koligatif.
5. Titik beku adalah suhu pada P tertentu di mana terjadi peristiwa perubahan wujud zat cair ke padat.
6. Penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentarsi partikel dalam larutan.
7. Semakin banyak partikel (mengion) semakin besar sifat koligatif.



Saran
1. Agar lebih teliti dalam mengamati angka pada thermometer agar hasilnya lebih benar
2. Lebih cermat dalam menimbang garam dapur dan urea agar kita memperoleh hasil yang sesuai.
3. Sebaiknya dalam mengukur suhu menggunakan thermometer yang lebih objektif.
bangkit syaoran © 2008 Template by:
SkinCorner